Tidak ada toleransi bagi kendaraan berat yang melewati jalur tengah karena memang sudah tidak diperbolehkan pada siang hari. Polres Banyumas , Jawa Tengah, mulai mengalihkan arus lalu lintas terutama kendaraan berat agar tidak melewati jalur tengah antara Wangon, Banyumas, hingga ke Brebes dan Tegal. Kendaraan dari timur arah Solo, Yogyakarta, Purworejo, dan Kebumen tidak boleh langsung diarahkan menuju Jawa Barat. Dampak dari itu, kendaraan berat menumpuk di Wangon, Banyumas.
Kepala Unit Pendidikan dan Rekayasa (Dikyasa) Satuan Lalu Lintas (Satlantas) Polres Banyumas Inspektur Satu (Iptu) Sugeng Rikustowo mengatakan pihaknya telah membuat dua posko di perempatan Wangon, Banyumas.
“Kendaraan dari arah barat atau Jawa Barat tidak boleh ke utara melalui jalur tengah, tetapi lurus lewat jalur selatan. Demikian juga dengan kendaraan dari arah timur, tidak bisa ke utara dan harus lurus lewat jalur selatan arah Jabar,” jelas Sugeng, kemarin. Posko dihidupkan karena sejak munculnya SK Dirjen Perhubungan Darat No SK.4156/ AJ.401/DRJD/2014 tentang Pengaturan Lalu Lintas Kendaraan Angkutan Barang selama Masa Perbaikan Jembatan Comal di Kabupaten Pemalang, Provinsi Jateng, masih banyak kendaraan berat yang nekat melintas di jalur tengah.
“Saat ini, kendaraan berat yang melewati jalur tengah hanya diperbolehkan mulai pukul 21.00 hingga 05.00 WIB. Di luar jam itu, kendaraan berat di atas dua sumbu harus melalui jalur selatan,” kata Sugeng. Dikatakan oleh Sugeng, pihaknya tidak akan menoleransi kendaraan berat yang tetap melewati jalur tengah karena memang sudah tidak diperbolehkan pada siang hari. “Kalau mau menunggu pukul 21.00, silakan saja,” tegasnya.
Di Terminal Wangon, Banyumas, kendaran berat menumpuk karena tidak diperbolehkan lagi melalui jalur tengah. Para sopir lebih memilih menunggu pukul 21.00 daripada harus lewat jalur selatan. “Kami lebih memilih tidak lewat jalur selatan, melainkan tetap jalur tengah. Memang, harus menunggu sampai malam, tetapi tidak masalah. Kalau lewat jalur selatan ke Jakarta, medannya terlalu berat dan mungkin kendaraan tidak kuat,” kata Kusworo, 42, sopir truk.
Sopir truk lainnya, Sudiman, 48, mengungkapkan, ia juga tidak berani lewat jalur selatan dan memilih menunggu. “Saya berangkat dari Surabaya membawa pupuk pada Senin (25/8) lalu dan baru sampai di Banyumas dengan memakan waktu 1,5 hari,” jelasnya.
Padahal, lanjut Sudirman, tujuan dia ke Indramayu untuk mengantar pupuk. Waktu tempuh akan lebih molor lagi karena harus menunggu pukul 21.00 untuk lewat jalur tengah. Pelarangan untuk melintasi jalur tengah atau alternatif bagi kendaraan berat, yakni mulai pukul 05.00 hingga 21.00, ternyata tidak efektif.
Masih banyak kendaraan berat yang melintas di siang hari. Akibatnya, kemacetan masih terus terjadi, terutama di ruas Jalan Pagojegan, Bumiayu, hingga Tonjong, Kabupaten Brebes. “Percuma saja ada pembatasan jam melintas, buktinya masih banyak truk baik gandeng maupun trailer yang tetap lewat sini,” ujar Teguh, warga Bumiayu, kemarin. Teguh menduga masih banyaknya kendaraan berat yang melintas di jalur tengah Bumiayu-Purwokerto karena minimnya sosialisasi. “Atau memang sopir truk yang membandel,” ungkap Teguh.
Menurut Teguh, kemacetan di jalur tengah akibat buangan kendaraan berat yang dilarang melintasi pantura--terkait amblesnya Jembatan Comal di Pemalang--telah membuat banyak warga di Bumiayu dan sekitarnya stres. Pasalnya jalan terus-menerus macet.(JI/N-4) Media Indonesia, 27/08/2014, hal 12
Tidak ada komentar:
Posting Komentar